Tentang Film "Jamilah dan Sang Presiden"
Oleh: Nuni Wahyuni
Banyak hikmah yang dapat diambil dari film ini. Diawali dengan
narasi dari Jamila yang memperkenalkan dirinya sebagai korban perdagangan
manusia. Lalu diceritakan kisah kehidupannya di masa kecil. Di jual oleh
ayahnya. Di titipkan kepada keluarga kaya setelah berhasil meloloskan diri dari
seorang mucikari. Diperkosa oleh ayah dan kakak angkatnya. Berhasil lari dari
rumah keluarga kaya tersebut setelah membunuh kakak angkatnya.
Setelah lari
dari rumah tersebut, Jamilah bekerja di sebuah pasar. Hampir diperkosa oleh
seorang laki-laki di pasar tersebut. Dirazia polisi saat melewati sebuah
diskotik. Bertemu dengan Susi, pelacur baik hati. Pertemuan ini menyebabkan dia
membuat keputusan untuk memasuki dunia hitam sebagai pelacur. Hingga suatu
hari, dia bertemu seorang mentri bernama Nurdin. Dia merasakan jatuh cinta yang
sangat besar pada seorang Nurdin. Namun, Nurdin menikahi wanita lain yang telah
dijodohkan oleh orang tuanya. Kemudian, dia membunuh Nurdin dalam upayanya
menyelamatkan diri.
Jamilah
menyerahkan diri. Dia ditahan di sebuah rumah tahanan di luar ibu kota. Salah
satu ormas terus berdemo, menyuarakan agar dirinya di hukum mati. Di penjara,
Jamilah bertemu dengan seorang sipir wanita yang sebenarnya simpati namun
bersikap keras kepadanya. Diapun mendapatkan simpati dari seorang sipir pria
yang akhirnya di bebas tugaskan dari penjara. Di sisi lain, seorang pria
bernama Ibrahim sangat mencintainya dan ingin membebaskannya. Namun, Jamilah
tak ingin dibebaskan. Dia telah putus asa karena pencarian terhadap adiknya
selama bertahun-tahun justru mendapat kenyataan pahit. Ketika sipir wanita
memintanya untuk mengajukan grasi kepada presiden, dia justru menolaknya. Dan
akhirnya, suara tembakan dan sirine ambulans menjadi penutup kisah Jamilah.
Film ini,
mengisahkan kehidupan seorang Jamilah
dengan permasalahan sosial yang begitu kompleks. Menyoroti kehidupan berbagai
lapisan sosial, mulai kelas bawah hingga kelas atas. Sudut pandang yang berbeda
tentang sosok pelacur dan pembunuh di film ini mengajarkan kepada penontonnya
untuk melihat kejahatan, keadilan serta kerendahan moral yang dimiliki
seseorang dari sudut pandang yang lain. Kejahatan serta rusaknya moral yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat bukanlah tanggung jawab perseorangan saja.
Namun, hal itu merupakan tanggung jawab semua pihak.
Kita tidak
boleh mennghakimi seseorang sebagai manusia yang jahat sebelum kita tahu apa
yang melatar belakangi orang tersebut melakukan kejahatan. Selain itu, film ini
menunjukkan betapa sulitnya keadilan dimiliki oleh orang-orang kelas bawah
serta mudahnya lembaga peradilan dipengaruhi oleh masa dalam memutus suatu
perkara.
Di akhir film
ditayangkan fakta-fakta tentang perdagangan manusia. Sesuatu hal yang menjadi
ironi di tengah bangsa yang dianggap merdeka. Memang kisah Jamilah hanyalah
cerita fiksi dari sebuah drama. Namun, sebagian dari kisah-kisah itu telah
terjadi di Indonesia.
Film ini
menunjukkan betapa kemiskinan sangat mempengaruhi moral dan hidup seseorang.
Film yang bisa dikatakan sebagai film provokatif, kritis, dan
berkualitas. Namun, adegan serta narasi awal yang bagi saya terlalu kaku untuk
sebuah film cukup mengganggu. Meski begitu, kekurangan dalam film ini terbayar
dengan kualitas akting para pemainnya. Meski Fauzi Baadila yang berperan
sebagai seorang anak kiyai yang provokatif belum terlihat maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar