Minggu, 05 Mei 2013

"Negarawan" Musiman_Opini


“NEGARAWAN” MUSIMAN
Oleh: Nuni Wahyuni
Setelah pintu demokrasi di Indonesia dibuka lebar-lebar setiap orang memiliki hak mencalonkan dirinya menjadi negarawan, baik sebagai anggota legislatif maupun eksekutif. Berbagai kalangan bebas masuk ke dalam partai politik dan menjadikannya sebagai kendaraan untuk mendapatkan kursi kepemimpinan. Dengan menampilkan slogan-slogan, para calon pemimpin bersaing untuk mendapat simpati rakyat. Banyak calon pemimpin yang menampilkan dirinya sebagai sosok calon negarawan yang memiliki visi dan misi untuk memajukan negara. Politisi dari berbagai kalangan baik pengusaha, artis, aktivis, praktisi bahkan pekerja serabutan menampilkan dirinya sebagai seorang calon negarawan yang siap mengorbankan diri demi kelangsungan negara.
Melihat fenomena meningkatnya partisipasi politik yang terjadi dalam perpolitikan Indonesia, dapat dikatakan sangat menggembirakan. Dengan berbondong-bondongnya orang-orang yang terlibat aktif dalam dunia politik menunjukan semangat dan gairah berbangsa dan bernegara di kancah politik sangat tinggi. Namun, kebanyakan orang-orang yang masuk ke dunia politik belum memiliki landasan ideologi politik yang jelas dan kuat. Faktor kaderisasi partai yang instan dan tidak maksimal merupakan faktor utama yang menyebabkan lemahnya ideologi politik anggota partai tersebut terjadi. Saat ini, banyak partai-partai yang menjadikan orang-orang terkenal sebagai caleg yang diusungnya guna mendongkrak elektabillitas dan popularitas partai. Menjadikan orang-orang terkenal sebagai caleg adalah solusi cepat untuk menghemat biaya kampanye partai. Di sisi lain, keputusan mengusung caleg yang masuk ke dalam partai secara instan justru mengorbankan kader-kader partai yang telah dibina jauh-jauh hari.
Dalam waktu singkat, sosok-sosok politisi dari orang-orang terkenal lahir dan diperkenalkan sebagai calon negarawan hebat melalui slogan-slogan yang menjanjikan. Dalam keadaan seperti ini, kalangan artis (khususnya) mendapatkan keuntungan karena wajahnya yang tidak asing di hadapan publik dapat dijadikan manekin politik oleh partai yang menaunginya. Namun, cara tersebut dapat menyebabkan sosok politisi yang ditampilkan ke hadapan publik oleh partai tidak memiliki ideologi yang jelas.  Ketidakjelasan ideologi yang dimiliki oleh partai ataupun caleg tersebut dapat dilihat dari kasus-kasus yang terjadi di beberapa partai politik.
Partai politik saat ini masih belum memiliki landasan ideologi yang kuat, terbukti dengan gampangnya sebuah partai untuk berpindah dari partai oposisi menjadi koalisi, begitupun sebaliknya. Selain itu, beberapa anggota partai dengan mudah berpindah dari satu partai ke partai lain. Dari ketidakkonsistenan tersebut, dapat dilihat betapa tidak kuatnya landasan ideologi yang dipegang, baik oleh partai politik maupun politisi.
Kelangsungan nasib suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemimpin dalam mengelola negaranya. Kepemimpinan “negarawan” musimam hanya akan membuat kelangsungan nasib suatu negara menjadi terancam. Para politisi yang menjadi “negarawan” musiman akan melepaskan tanggung jawabnya begitu saja setelah kekuasaan didapatkan. Dia akan bertindak ketika tindakan yang dia lakukan memberikan keuntungan bagi diri atau kelompoknya. Biasanya, peran “negarawan” musiman sebagai seorang negarawan akan muncul menjelang pemilu dilangsungkan. Dia akan menyulap dirinya menjadi negarawan ideal guna mendapat simpati dari rakyat.
Dalam beberapa kasus, sosok “negarawan” yang ada dalam perpolitikan Indonesia secara ajaib muncul begitu saja. Negarawan hanya dijadikan sebagai simbol dan stastus saja. Rakyat tidak mengetahui seberapa besar pengabdian yang telah dilakukan oleh orang tersebut kepada negara. Slogan-slogan yang dikumandangkan di masa kampanye hanya menjadi janji manis karena setelah pemilu berakhir dan kekuasaan didapatkan maka janji tersebut dianggap lunas tanpa perlu dibayar. Sosok negarawan yang digambarkan mendadak lenyap setelah kursi kekuasaan didapatkan.
Rindu Negarawan Sejati
Lalu, sosok seperti apakah yang disebut sebagai negarawan sejati? Negarawan sejati adalah negarawan yang rela mengabdi untuk negara dan senantiasa memikirkan keadaan generasi selanjutnya. James Freeman Clarke mengatakan bahwa perbedaan antara politisi dan negarawan adalah, politisi memikirkan tentang pemilu berikutnya sedangkan negarawan berpikir tentang generasi berikutnya. Sedangkan Menurut Azis Saleh, seorang pemimpin negarawan akan dapat dilihat dari pandangan-pandangannya yang mempunyai komitmen tinggi terhadap kepentingan bangsa jauh ke depan. Sedangkan pemimpin politisi, akan dapat dilihat dari pandangan-pandangannya yang selalu terkesan mengedepankan kepentingan sesaat, yang lebih condong kepada kepentingan politik atau kelompoknya.
Negarawan sejati adalah orang yang rela berkorban secara tulus demi keutuhan dan kemajuan bangsanya juga ikut serta secara aktif dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Dia bukanlah orang yang menghitung-hitung untung rugi ketika tenaga dan pemikirannya dibutuhkan oleh negara. Dia juga bukan orang yang memilih untuk tutup mata saat kemiskinan dan ketidakadilan terjadi di hadapannya. Pandangannya dapat dilihat dari visi yang jelas tentang arah ekonomi, politik, keamanan dan pendidikan yang akan dia kembangkan. Visi yang dimilikinya adalah visi yang melihat jauh ke depan. Dia bukanlah sosok yang mementingkan kepentingan sesaat demi citra pribadi serta golongannya saja. Karakter negarawan sejati bisa dibuktikan secara langsung ketika kursi kekuasaan telah dia dapatkan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa “negarawan” musiman akan melepaskan tanggung jawabnya begitu saja ketika tampuk kekuasaan telah diraihnya sedangkan negarawan sejati akan terus memperjuangkan kepentingan masa depan negerinya.
Contoh negarawan sejati dapat dilihat dari karakter  founding fathers yang dengan semangat tinggi bergerak maju untuk membangun Indonesia. Pemikiran mereka yang dirumuskan dalam pancasila memiliki visi yang melihat jauh ke depan. Mereka siap mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan bangsa. Tidak sedikit founding fathers Indonesia yang di penjara dan diasingkan selama bertahun-tahun sebelum Indonesia merdeka. Merdeka atau mati bagi mereka bukan hanya dijadikan sebagai slogan tetapi dijadikan sebagai dasar dalam bertindak.

Peran Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu-Ilmu Sosial
Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi diharapkan mampu membentuk warga negara Indonesia menjadi warga negara yang baik dengan memiliki pengetahuan, kesadaran dan kemampuan dalam bernegara. Generasi muda dididik untuk menjadi calon-calon negarawan handal yang mencintai tanah airnya. Mereka diharapkan mampu membangun negara melalui semangat pancasila. Melalui proses pendidikan yang baik, mereka akan mempunyai karakter yang menjunjung tinggi Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan keadilan, serta mampu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tanpa adanya pendidikan kewarganegaraan, generasi muda tidak akan mengenal falsafah bangsanya sendiri. Tidak mustahil generasi muda tersebut akan melupakan identitasnya sebagai bagian dari Bangsa Indonesia dan suatu saat menghancurkan negaranya demi kepentingan pribadi. Negarawan musiman, yang mengaku dirinya sebagai negarawan tetapi justru merugikan negara, contohnya melalui tindak korupsi adalah bukti bahwa pendidikan kewarganegaraan sangat penting bukan sekedar untuk di pelajari dan dihafal, tetapi harus difahami, dihayati serta diaplikasikan dalam kehidupan bernegara.
Pemahaman mendalam terhadap Ilmu politik, sosial dan budaya juga memiliki peranan penting untuk menciptakan calon negarawan yang tidak hanya mampu berbicara tentang etika dan moral tetapi juga mampu mengaplikasikan etika dan moral yang baik dalam kehidupannya. Dengan pemahaman mendalam terhadap ilmu-ilmu tersebut, diharapkan negarawan tidak hanya dijadikan simbol ataupun status sosial. Menjadi negarawan adalah menjadi individu yang siap dan rela berkorban demi kepentingan negara baik dimasa kepemimpinannya maupun dimasa yang akan datang. Menjadi negarawan adalah menjadi individu yang siap memberi segalanya untuk negara, tidak seperti negarawan musiman yang selalu ingin diberi segalanya oleh negara. Dengan kata lain, ilmu politik, sosial dan budaya dapat membentuk sosok negarawan yang peka dan peduli terhadap dinamika perkembangan bangsanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar